Genjot Produksi Lokal, Pemerintah Bagikan Bibit Jagung
Kementerian Pertanian membagikan bibit jagung hibrida kepada petani untuk ditanam dilahan seluas 633 ribu hektar di seluruh wilayah penghasil jagung di Indonesia. Hal itu dilakukan guna menggenjot produksi jagung lokal serta memproteksi ketahanan pangan dalam negeri dari dampak menurunnya produksi jagung di luar negeri.
"Kami sudah memulai membagi-bagikan benih jagung mulai bulan ini sampai Oktober. Mudah-mudahan ada penambahan panen nanti," kata Direktur Tanaman Serelia Kementerian Pertanian Siwi Purwanto, Kamis (02/9).
Siwi berharap, penanaman bibit unggul ini bisa menghasilkan penambahan produksi lokal sekitar 3 juta ton jagung di wilayah penghasil jagung seperti di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Kementerian juga berencana menambah lahan penanaman jagung di wilayah Gorontalo sehingga produksi jagung dipastikan bertambah.
Siwi menambahkan, faktor curah hujan yang berkepanjangan di negara-negara produsen jagung seperti Rusia, Cina dan Argentina, berimbas pada penurunan produksi jagung dalam skala dunia. Faktor ini turut membuat lonjakan permintaan di Amerika Serikat - negara pengimpor Indonesia - merambat naik.
Lebih jauh Siwi mengatakan, efek domino gagal panen di China mengakibatkan stok jagung dunia berkurang dan harga jagung ikut melonjak. Tentu saja, hal itu bisa berimbas terhadap harga jagung domestik. Saat ini, harga jagung lokal mencapai Rp 2.800 per kilogram (kg). Diperkirakan, sampai akhir tahun nanti harga jagung bisa naik sekitar Rp 3000 per kg.
Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengatakan, harga jagung naik karena produksi jagung di Rusia menurun. Penurunan produksi gandum juga mengakibatkan permintaan jagung meningkat untuk menggantikan gandum sebagai campuran bahan baku pakan ternak.
"Ini bisa jadi pemicu menggenjot produksi jagung dalam negeri. Juga bisa mengurangi impor dari Amerika Serikat," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis (02/9).
Sola melanjutkan, langkah pemerintah membagikan benih harus diimbang dengan teknologi varietas. Sebab, jika tidak, produksi jagung bisa gagal. Menurut dia, antara petani dan Pemerintah harus berjalan seiringan. Artinya, harus ada pembentukan manajemen produksi yang andal. Agar, pembibitan itu tidak sia-sia.
"Hibrida gratis tapi tanpa diberi pupuk. Nah, makanya teknologi varietas harus memaksimalkan ketepatan waktu, harga, dll. Jangan ada mata rantai yang terputus. Agro bisnis itu kan dari hulu ke hilir, gak bisa sendiri-sendiri," tambah Sola. (sumber : Tempo 02 September 2010)
"Kami sudah memulai membagi-bagikan benih jagung mulai bulan ini sampai Oktober. Mudah-mudahan ada penambahan panen nanti," kata Direktur Tanaman Serelia Kementerian Pertanian Siwi Purwanto, Kamis (02/9).
Siwi berharap, penanaman bibit unggul ini bisa menghasilkan penambahan produksi lokal sekitar 3 juta ton jagung di wilayah penghasil jagung seperti di Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Kementerian juga berencana menambah lahan penanaman jagung di wilayah Gorontalo sehingga produksi jagung dipastikan bertambah.
Siwi menambahkan, faktor curah hujan yang berkepanjangan di negara-negara produsen jagung seperti Rusia, Cina dan Argentina, berimbas pada penurunan produksi jagung dalam skala dunia. Faktor ini turut membuat lonjakan permintaan di Amerika Serikat - negara pengimpor Indonesia - merambat naik.
Lebih jauh Siwi mengatakan, efek domino gagal panen di China mengakibatkan stok jagung dunia berkurang dan harga jagung ikut melonjak. Tentu saja, hal itu bisa berimbas terhadap harga jagung domestik. Saat ini, harga jagung lokal mencapai Rp 2.800 per kilogram (kg). Diperkirakan, sampai akhir tahun nanti harga jagung bisa naik sekitar Rp 3000 per kg.
Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengatakan, harga jagung naik karena produksi jagung di Rusia menurun. Penurunan produksi gandum juga mengakibatkan permintaan jagung meningkat untuk menggantikan gandum sebagai campuran bahan baku pakan ternak.
"Ini bisa jadi pemicu menggenjot produksi jagung dalam negeri. Juga bisa mengurangi impor dari Amerika Serikat," kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis (02/9).
Sola melanjutkan, langkah pemerintah membagikan benih harus diimbang dengan teknologi varietas. Sebab, jika tidak, produksi jagung bisa gagal. Menurut dia, antara petani dan Pemerintah harus berjalan seiringan. Artinya, harus ada pembentukan manajemen produksi yang andal. Agar, pembibitan itu tidak sia-sia.
"Hibrida gratis tapi tanpa diberi pupuk. Nah, makanya teknologi varietas harus memaksimalkan ketepatan waktu, harga, dll. Jangan ada mata rantai yang terputus. Agro bisnis itu kan dari hulu ke hilir, gak bisa sendiri-sendiri," tambah Sola. (sumber : Tempo 02 September 2010)
Komentar
Posting Komentar